Ditulis Oleh : Aljufri
Kategori : Cerpen | Fiksi
Inilah aku Rinto, seorang pekerja
kantoran disebuah perusahaan yang penuh dengan banyak aktifitas diluar kota
hingga jarang pulang kerumah, berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan.
Dingin pagi diwaktu subuh,
terbangunkan diriku dari tidur malam yang lelap, suasana yang segar dan tenang
pagi itu, aku menatap ke pekarangan rumah yg sudah tak terurus selama tiga
bulan lebih karena sering tugas diluar kota, tanah yang tandus dihiasi bunga-bunga
yang layu, seraya memanggil hatiku tergerak untuk memasng selang air di kran
lalu kusemprotkan taman hingga basah kuyup membasahi taman yang tandus dan sudah
tak sedap dipandang itu.
Tak lama keluarlah bibi dari
dalam rumah yang pada saat itu baru selesai sholat subuh "Rin lagi ngapain?", bertanya dengan nada heran sang bibi
karena kaget melihatku dengan tumben-tumbennya menyiram taman yang tandus dan
telah layu rumput dan bunga-bunganya.
Tak aku hiraukan sedikitpun
sahutan pertanyaan dari bibi yang dilontarkan
kepadaku pagi itu, hingga yang kedua kali beliau melontarkan bahasa yang sama "Rin
lagi ngapain?",
sambil asyik menyiram taman yang
tandus, kemudian serentak aku merespon kalimat bibi dan akupun menjawab, "Aku
lagi siram taman yang sudah kering tandus dan layu bunganya Bi"
jawab aku kepada sang bibi.
Kemudian aku bercerita kepada
bibi, "sudah cukup lama aku jarang pulang kerumah dan fokus dengan
pekerjaan hingga taman ini tak lagi terurus",
Kemudian bibi pun kembali
bertanya "emang dahulu sering dirawat taman ini?", tanya bibi karena bibi baru saja tinggal
dirumah ku.
"iya bi, dulu taman ini sering ku urus,
hingga kini jarang terurus karena aku lagi banyak kerjaan diluar kota",
jawab ku kepada bibi
Tanpa banyak berkata-kata Bibi pun menyahut ceritaku "ohh
yaa, selamat mengurus taman tandus ya Rin...!!!", sahut bibi
spontan kepadaku, aku terdiam, tanpa ada balasan
kata buat sang bibi, sambil fokus menyiram taman itu, karena aku tahu bibi
tidak bakalan mengurusunya bahkan bibi sendiri tidak yakin aku akan mengurusnya
sampai menjadi taman yang indah, tetapi aku tetap konsisten tetap akan kuurus
taman ini hingga suatu ketika akan subur dan membuat mata semua orang yang tak
sepaham denganku sadar bahwa dibalik sibuknya aku ada setitik keindahan yang
kugambarkan dipandangan mereka diatas taman ini yang dianggap tandus dan jelek
tak terurus.
Tak lama terfikirkan didalam
benakku bunga apa yang akan kutanam lagi
diatas taman yang telah tandus itu, akhirnya aku menemukan ide untuk menanam
jeruk dapur setelah aku menjelajahi dunia maya.
Tak luput semangatku, akhirnya ku
praktekkan buat menanam jeruk, diatas taman itu dan setiap hari aku selalu
rajin menyiram taman tersebut.
Setelah tiga bulan kemudian,
ternyata apa yang dipikirkan diluar dari dugaan, taman tersebut yang tadi
tandus memberikan hasil tanaman jeruk dengan buah yang lebat dan subur, hingga
bukan hanya sekedar cerita bahwa sedap dipandang mata saja, tapi memberi hasil
dari buah jeruk tersebut buat dimakan.
Suatu ketika bibi menghampiri aku
disore hari yang lagi menyiram tanaman jeruk, bibi pun kaget apa yang telah
kulakukan selama ini tidak sia-sia “wah,,, Rin, ternyata kamu konsisten apa
yang kamu lakukan hingga akhirnya taman ini yang tadinya tandus bisa memberi
hasil tanaman jeruk yang segar dan buahnya bisa dimakan”, sahut kaget
dan keheranan sang bibi kepadaku.
Aku pun dengan sedikit egonya karena
awalnya bibi tidak pernah yakin apa yang aku lakukan akan memberikan dampak
sehebat ini, akhirnya dengan spontan dan nada sedikit sombong aku pun berkata
kepada bibi “Ah biasa aja,,, kebetulan aja Bi, karena saya serius maka hasil yang
saya dapatkan juga serius donk”, sahut aku kepada bibi sambil memetik
buah jeruk.
Setelah kejadian itu bibi sering
membantuku mengurus taman Jeruk bahkan ketika aku lagi bertugas diluar kota
bibi masih tetap mengurus dan merawat tanaman itu bahkan beliau sempat merekrut karyawan
yang bertugas memetik buah dan mendistribusi penjualan dari hasil buah jeruk ke pasar-pasar
dikota.