Sunday, July 28, 2019

Taman Yang Tandus Berbuah Jeruk Yang Segar

Ditulis Oleh : Aljufri
Kategori : Cerpen | Fiksi

Inilah aku Rinto, seorang pekerja kantoran disebuah perusahaan yang penuh dengan banyak aktifitas diluar kota hingga jarang pulang kerumah, berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan.

Dingin pagi diwaktu subuh, terbangunkan diriku dari tidur malam yang lelap, suasana yang segar dan tenang pagi itu, aku menatap ke pekarangan rumah yg sudah tak terurus selama tiga bulan lebih karena sering tugas diluar kota, tanah yang tandus dihiasi bunga-bunga yang layu, seraya memanggil hatiku tergerak untuk memasng selang air di kran lalu kusemprotkan taman hingga basah kuyup membasahi taman yang tandus dan sudah tak sedap dipandang itu.

Tak lama keluarlah bibi dari dalam rumah yang pada saat itu baru selesai sholat subuh "Rin lagi ngapain?",  bertanya dengan nada heran sang bibi karena kaget melihatku dengan tumben-tumbennya menyiram taman yang tandus dan telah layu rumput dan bunga-bunganya.

Tak aku hiraukan sedikitpun sahutan pertanyaan dari bibi  yang dilontarkan kepadaku pagi itu, hingga yang kedua kali beliau melontarkan bahasa yang sama "Rin lagi ngapain?",
sambil asyik menyiram taman yang tandus, kemudian serentak aku merespon kalimat bibi dan akupun menjawab, "Aku lagi siram taman yang sudah kering tandus dan layu bunganya Bi" jawab aku kepada sang bibi.

Kemudian aku bercerita kepada bibi, "sudah cukup lama aku jarang pulang kerumah dan fokus dengan pekerjaan hingga taman ini tak lagi terurus",

Kemudian bibi pun kembali bertanya "emang dahulu sering dirawat taman ini?",  tanya bibi karena bibi baru saja tinggal dirumah ku.

 "iya bi, dulu taman ini sering ku urus, hingga kini jarang terurus karena aku lagi banyak kerjaan diluar kota", jawab ku kepada bibi

Tanpa banyak berkata-kata Bibi pun menyahut ceritaku "ohh yaa, selamat mengurus taman tandus ya Rin...!!!", sahut bibi spontan kepadaku, aku terdiam, tanpa ada balasan kata buat sang bibi, sambil fokus menyiram taman itu, karena aku tahu bibi tidak bakalan mengurusunya bahkan bibi sendiri tidak yakin aku akan mengurusnya sampai menjadi taman yang indah, tetapi aku tetap konsisten tetap akan kuurus taman ini hingga suatu ketika akan subur dan membuat mata semua orang yang tak sepaham denganku sadar bahwa dibalik sibuknya aku ada setitik keindahan yang kugambarkan dipandangan mereka diatas taman ini yang dianggap tandus dan jelek tak terurus.

Tak lama terfikirkan didalam benakku  bunga apa yang akan kutanam lagi diatas taman yang telah tandus itu, akhirnya aku menemukan ide untuk menanam jeruk dapur setelah aku menjelajahi dunia maya.

Tak luput semangatku, akhirnya ku praktekkan buat menanam jeruk, diatas taman itu dan setiap hari aku selalu rajin menyiram taman tersebut.

Setelah tiga bulan kemudian, ternyata apa yang dipikirkan diluar dari dugaan, taman tersebut yang tadi tandus memberikan hasil tanaman jeruk dengan buah yang lebat dan subur, hingga bukan hanya sekedar cerita bahwa sedap dipandang mata saja, tapi memberi hasil dari buah jeruk tersebut buat dimakan.

Suatu ketika bibi menghampiri aku disore hari yang lagi menyiram tanaman jeruk, bibi pun kaget apa yang telah kulakukan selama ini tidak sia-sia “wah,,, Rin, ternyata kamu konsisten apa yang kamu lakukan hingga akhirnya taman ini yang tadinya tandus bisa memberi hasil tanaman jeruk yang segar dan buahnya bisa dimakan”, sahut kaget dan keheranan sang bibi kepadaku.

Aku pun dengan sedikit egonya karena awalnya bibi tidak pernah yakin apa yang aku lakukan akan memberikan dampak sehebat ini, akhirnya dengan spontan dan nada sedikit sombong aku pun berkata kepada bibi “Ah biasa aja,,, kebetulan aja Bi, karena saya serius maka hasil yang saya dapatkan juga serius donk”, sahut aku kepada bibi sambil memetik buah jeruk.

Setelah kejadian itu bibi sering membantuku mengurus taman Jeruk bahkan ketika aku lagi bertugas diluar kota bibi masih tetap mengurus dan merawat tanaman itu bahkan beliau sempat merekrut karyawan yang bertugas memetik buah dan mendistribusi penjualan dari hasil buah jeruk ke pasar-pasar dikota.


0 comments:

Post a Comment