Sunday, August 4, 2019

Jeritan Jelata


Karya By : Rahmat Sangaji

Kali-kali mengalirkan kata-kata bau busuk, hujat alam pada dada dan kepala yang kian dangkal.

Sementara para pesorak sibuk memunguti muntahan kata-kata bualan dalam sukacita yang imitasi.

Sementara para pendoa sibuk meminta rasa cukup, dan lupa tetangganya kemarin mati satu demi satu, sebab tak punya nasi barang sebiji.

Para pemegang kepala mulai merasa ngantuk, dan tak ingin melepaskan tangan dari kepala, sementara matanya terpejam sedikit barang sedikit.

Setelahnya para manusia jelata yang paling resah mulai mengibarkan bendara setengah tiang, dan menyanyikan lagu berkabung, gejolak dalam dadanya muncrat sampai pada matanya, ia menyaksikan arak-arak menuju pemakaman, lalu mengerumuni nisan berepitaf, keadilan.

Di luaran sana para guru tetap saja basa-basi, memberi petuah yang hangat, sementara ia lupa membersihkan sisa kebodohan yang melekat di kursi yang diduduki muridnya.

Dan akhirnya di seantero rimba terdengar kabar kematian dari sebuah bangsa yang gagal mengonani kelaminnya sendiri.

Dan para burung bangkai yang telah lama menantikan itu bergegas untuk ritual makan malam, setelah semua kepala tak lagi ada isi.

0 comments:

Post a Comment