Wednesday, July 24, 2019

Geliat Perjuangan

Karya By : Rahmat Sangaji

Terdengar derit daun jendela penderitaan menelusup di celah pintu ketidakadilan, tiba-tiba datang begitu jantan mengetuk ingatan.
Bahwa kita pernah ada pada liuk malam paling sunyi yang tumbuh dalam sebatang kara. Kala itu aku memandangmu, lantas cinta dan perjuangan kemudian tertindih oleh angin rindu keadilan



Sekadar memenuhi takdirku yang terayun-ayun derita cinta dan perjuangan hingga Tuhan mengizinkan. Pada sesuatu yang bukan rasa pura-pura.
Tetap saja misteri.
Memutuskan mata rantai rindu, tak semudah menghalau lalat-lalat di pipiku.
Tetap saja yang kutatap adalah yang datang lantas cepat pergi.

Ya.
Aku tak ingin ada sedikit tangis.
Sementara air mata telah ia bawa pergi dengan cara sempurna.
Aku bisa apa?
Kini,
Sesekali aku sambangi malamnya.
Sepi.
Mungkin ia tengah berdoa ...
Sunyi.
Barangkali ia sedang mengendalikan benci.
Seperti aku
Yang tak rela
Jika rindu tak datang, dan menyiksa seperti biasanya

0 comments:

Post a Comment