Kategori : Cerpen
Lolos Moderasi pada : 23 Juli 2019
Suci,
memandang Kopral Ramang Ama Freedom dengan tatapan sendu dan letih. Di antara
suara deru mesin Helikopter yang meraung di atas landasan pacu, gemuruh suara
baling-baling yang menampar-nampar udara seakan mewakili perasaan hati Suci
yang berkecamuk.
Sementara,
Sang Kopral, duduk di bagian lambung helikopter dengan pintu yang terbuka,
senapan SPR-2 buatan pindad, tercangklong di pundak kokohnya, ia memandang ke
arah wanita yang berdiri menatapnya dikejauhan, namun Sang Kopral masih bisa
melihat raut kesedihan di wajah Suci, airmatanya terlihat membuat matanya
terlihat seperti sebuah cerukan yang terisi air di kejauhan. Sang Kopral,
melambai-lambaikan tangannya sambil berteriak
"Aku
pasti kembali!"
Kemudian
sang pilot helilopter di kokpit menarik sebuah tuas pengunkit, pesawat pun
menderu semakin kencang, dan kemudian melambung.
Sang
Kopral, memandang wajah Suci, dari atas yang terlihat kian tenggelam dan
menghilang dari pandangan, berganti dengan jajaran perbukitan, dan atap-atap
rumah yang terlihat bagai balok-balok lego yang berserakan di bawahnya.
Helikopter
masih melayang di atas Hutan yang terlihat bagai hamparan karpet berbulu dengan
warna hijau yang di hamparkan di atas batu karang yang tak rata. Tiba-tiba sebuah
misil meluncur dan menghantam helikopter, kemudian suara ledakan yang
bergemuruh terdengar bersama muculnya gumpalan api yang membumbung.
Suci,
duduk di lantai kamar mandinya dengan shower di atasnya menggucurkan air, Suci
memeluk lututnya, sambil membayangkan gambaran di masalalu yang berkelebat
seperti kaledoskop.
Waktu
sudah berlalu begitu lama sejak Suci berdiri di tepi landasan pacu, kini ia
berdiri di tepi sebuah makam bersama seorang anak lalaki-laki yang tampan.
"Bu,
Ayah dulu orang hebatkan Bu?"
"Iya
Nak, Ayahmu adalah orang yang sanggggattt hebat."
Kemudian
suci tersenyum dan memeluk anak itu, sambil mengusap airmatanya yang entah
kenapa keluar begitu saja
0 comments:
Post a Comment