Penulis : Rahmat Sangaji
Kategori : Artikel
Pembangunan
Infrastruktur di Papua selama pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla berjalan masif
dan cepat. Ribuan kilometer jalan baru berhasil dibangun di Papua dalam waktu
kurang dari lima tahun. Pertanyaannya benar-benar kah pembangunan infrastruktur
itu untuk menyejahterakan rakyat Papua? Rasanya ungkapan atau janji demi rakyat
Papua hanya akan menjadi pepesan kosong. Seperti pada kasus kasus sebelumnya
didaerah lain. Pembangunan infrastruktur jalan biasanya lebih banyak untuk
memenuhi kepentingan dari pengusaha besar. Jalan yang dibuat itu hanya untuk
memperlancar arus keluar masuk barang milik pengusaha besar atau konglomerat.
Di
papua setelah jalannya mulus, saya perkirakan dalam waktu dekat jumlah
perkebunan sawit yang saat ini menurut sawit watch mencapai 958.094,2 hektar
dengan 79 korporasi perkebunan, akan meningkat pesat. Kehadiran perkebunan
sawit biasanya memunculkan konflik pertanahan, mata pencaharian masyarakat adat
berkurang, kriminalisasi oleh korporasi terhadap masyarakat, muncul bencana
alam berupa banjir, kebakaran hutan dan lahan dan lain lain. Pembukaan
perkebunan kelapa sawit berarti akan ada penebangan atau pembabatan hutan
secara masif, berarti sebentar lagi ribuan, ratusan ribu, bahkan mungkin jutaan
hektar hutan Papua akan digunduli demi perkebunan yang hanya menguntungkan
segelintir pengusaha.
Pembabatan
hutan akan berdampak pada rusaknya ekosistem atau lingkungan, terpinggirkannya
keragaman hayati. Satwa -satwa menghilang dan berlahan-lahan mulai punah, dan
hidup rakyat Papua yang sudah sengsara akan makin menderita.
Itu
semuanya bisa terjadi bila pembangunan yang dilakukan hanya untuk mengeruk
keuntungan ekonomi dan menggendutkan perut segelintir pengusaha serakah dan
culas.
Maka
pemerintah dan pengusaha yang melakukan ekstraksi sumber daya alam ditanah
Papua perlu melihat dan tidak mengorbankan hak hak masyarakat adat. Kalau tidak
nantinya hutan yang lebat dan segala kekayaan alam Papua akan di keruk habis
hingga kelak nantinya hanya menyisakan tanah kering kerontang.
0 comments:
Post a Comment